Jumat, 25 Desember 2009

PENYALAHGUNAAN OBAT ANALGESIK OPIOID (NARKOTIK)

Drugs didefinisikan sebagai zat-zat yang mempengaruhi keadaan jiwa (psyche ) dan yg tidak digunakan untuk pengobatan.sejak dahulu manusia telah menggunakan obat-obatan yang mempengaruhi suasana jiwa pikiran dan perasaan.masalah penyalahgunaan sama tuanya seperti peradaban itu sendiri.pemicu penyalahgunaan obat yang mengakibatkan ketergantungan terdiri dari 3 faktor bersamaan,yakni tersedi-nya obat-obat tersebut,sifat kepribadian yang mudah terpengaruh dan tekanan-tekanan sosial.

Istilah Indonesia untuk “drugs” adalah obat bius atau narkotika namun bila ditinjau dari sifat farmakologinya,yaitu sifat membiusnya,istilah ini hanya tepat untuk sutau kelompok dari zat-zat ini (opioid).istilah “drugs” pada umunya tidak terbatas pada opiat-opiat ini saja,tetapi terutama digunakan untuk zat-zat yang memiliki sifat merangsang terhadap keadaan jiwa seseorang.misalnya marihuana dan wekamin yang kebanyakan pada dosis tinggi bisa mengakibatkan pembiusan.

Dalam hal ini akan membahas tentang analgesik opioid dan penyalahgunaannya.

Definisi

Analgesik merupakan obat yang pada dasarnya digunakan untuk menghilangkan dan penatalaksanaan nyeri,yang dapat diakibatkan oleh adanya suatu mediator inflamasi ataupun suatu penyebab selain adanya suatu inflamasi,misalnya rangsangan pada pusat nyeri di sistem saraf pusat (CNS).

Analgesik opioid (narkotik) adalah obat-obar yang daya kerjanya meniru (mimic) opioid endogen dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid.

penggunaan analgesik opioid ini pada umumnya yaitu untuk penatalaksanaan nyeri hebat,misalnya rasa sakit yang ditimbulkan pada kanker.namun obat ini juga dapat menyebabkan efek samping yang sering terjadi apabila obat ini digunakan tanpa ada indikasi klinis yaitu ketergantungan karena dapat meyebabkan suatu sensasi euforia yaitu suatu rasa puas dan rasa sehat yang kuat sehingga obat-obat jenis ini banyak disalahgunakan (drug abuse)

Sebelum dilanjutkan dengan pembahasan penyalahgunaan obat(drug abuse) analgesik opioid,terlebih dahulu akan diuraikan definisi beberapa istilah yang berhubungan dengan hal ini.

Drug abuse (penyalahgunaan) berarti penggunaan berlebihan yang terus menerus ataupun kadang-kadang dari suatu obat secara tidak layak,yakni menyimpang dari indikasi pengobatan yang lazim.

Adiksi(ketagihan)dan Habituasi(kebiasaan)adalah istilah yang berhubungan dengan erat dengan abuse.untuk kedua istilah ini,WHO dalam laporan ke18-nya (1970) menggunakan istilah drug dependence(ketergantungan).namun dalam praktek masih sering digunakan istilah adiksi untuk melukiskan ketergantungan yang sangat hebat.

Ketergantungan(drugs dependence) adalah suatu keadaan fisik dan atau psikis yang diakibatkan oleh interaksi antara suatu makhluk hidup dan satu atau lebih obat.keadaan ini ditandai oleh perilaku yang terus terdorong oleh hasrat kuat untuk terus menerus atau periodik menggunakan obat tertentu.tujuannya adalah untuk menyelami efek-efek psikisnya atau untuk menghindari gejala abstinensi,karena bila penggunaannya dihentikan segera akan muncul efek withdrawl yang sangat tidak nyaman.hasrat ini menguasai seluruh pikiran dan tingkah laku si pecandu dan keinginan untuk memperoleh obat tersebut sangat kuat sehingga melebihi kebutuhan akan makan,tidur,seks dan membuatnya bertindak asosial dan kriminal.kemungkinan timbulnya ketergantungan berdasarkan beberapa faktor seperti sejenisnya obat/drug,cara penggunaan dan individunya.kecepatan absorbsi oleh tubuh misalnya pemberian secara intravena atau menghisapnya sebagai rokok (kokain atau heroin) meningkatkan potensi ketergantungan.berlainan dengan ketergantungan habituasi seseorang dapat menghentikan kebiasaannya(misalnya minum kopi)tanpa menimbulkan konsekuensi yang parah.

Ada dua jenis ketergantungan,yakni ketergantungan fisik dan ketergantungan psikis juga fenomena ketergantungan silang.

a.ketergantungan fisik

bercirikan terjadinya gejala abstinensi bila penggunaan obat yang berulang kali dihentikan dan yang kadang-kadang menimbulkan suatu efek rebound yang berlebihan.SSP menggunakan zat sejenis morfin (endorfin) sebagai neurotransmitter yang produksinya oleh tubuh dihentikan bila misalnya diberikan suatu opiat.bila kemudian pemberian opiat ini mendadak dihentikan,segera timbul kekurangan endorfin tersebut dan terjadi gejala abstinensi yang dapat berlangsung sampai berminggu-minggu pada dependence ini,terjadinya toleransi berperan penting.

b.ketergantungan psikis

bercirikan terjadinya gejala abstinensi psikis bila pemberian obat dihentikan,karena terjalin suatu ikatan psikis yang kuat antara si pemakai dan obat.penggunaan drugs dapat menciptakan suatu keadaan seolah-seolah seseorang dapat melepaskan diri dari keadaan konflik dan melarikan diri dari kesulitan.namun begitu penggunaannya dihentikan,segala masalah dan kesulitan akan timbul kembali,sehingga untuk dapat melupakannya penggunaan harus dilanjutkan terus.dengan perkataan lain secara mental ia tergantung dari penggunaan drugs.hasrat kuat akan obat dapat menimbulkan gejala mudah teriritasi dan kegelisahan,tetapi dapat pula meningkat menjadi kelakuan asosial dan tindakan kriminal untuk memperoleh obat.pada drugs yang bersifat sangat adiktif,ikatan psikis demikian kuat sekali dan dapat bertahan lama(sampai bertahun-tahun),juga setelah obat dihentikan.

Faktor-faktor penyebab.

Singkatnya,ketergantungan psikis didasarkan pada hasrat untuk terus menerus menggunakan obat drug dengan tujuan kenikmatan atau guna menghilangkan ketegangan dan perasaan tidak nyaman.obat-obat yang menimbulkan ketergantungan psikis pada umunya bekerja pada otak dan antara lain menumbulkan efek sebagai berikut:

-menghilangkan /mengurangi ketegangan dan kecemasan

- memberikan perasaan nyaman (eufori) dan

- menimbulkan perasaan meningkatnya kemampuan fisik maupun mental.

Batasan antara ketergantungan fisik dan psikis tidak terlalau jelas,misalnya dihentikannya merokok dapat mengakibatkan suatu beban mental bagi perokok berat yang dapat menimbulkan gejala fisik,seperti gangguan pencernaan dan gemetar (tremor).

Isi

Analgesik opioid (narkotik) adalah obat-obar yang daya kerjanya meniru (mimic) opioid endogen dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid.digunakan untuk pengatasn atau penatalaksanaan nyeri yang disebabkan bukan karena faktor-faktor atau ada suatu inflamasi dan adanya rasa nyeri yang hebat.

a.Sejarah

Berasal dari Papaver somniverum. Dari bunga madat opium (opium poppy). Dikenal ribuan tahun lalu. Catatan penggunaannya ditemukan dlm dokumen Mesir kuno, Yunani, dan Romawi.

Serturner, Ahli farmasi Jerman, menginvasi substansi alkali aktif murni pd 1803. Dia dkk memberi nama “morphine” untuk bahan tsb, berdasarkan nama dewa mimpi yunani, “Morpheus”.

Sir William Osler menyebut morphine sbg “God’s own medicine” (obat milik Tuhan). Opioid biasanya termasuk semua derivat (turunan) alkaloid alami dan semisintetis opium.

b.Farmakologi Analgetik Opioid

Bekerja thd reseptor opioid khas di Sistem Saraf Pusat (SSP), hingga persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi). Min. ada 3 reseptor: mu, delta, kappa. Tubuh dpt mensintesa zat-zat opioidnya, yakni zat-zat endorfin, yg juga bekerja melalui reseptor opioid tsb.

Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dibagi dlm 3 klp:

-Agonis Opioid

- Alkaloid candu: morfin, kodein, heroin, nicomorfin

- Zat-zat sintetis: metadon, petidin

-Antagonis Opioid: nalokson, nalorfin. Bila digunakan sebagai analgetik dapat menduduki salah satu reseptor (ini bisa bikin ketagihan).

-Kombinasi: Tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna.

Morfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor2 nyeri di SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir. Khasiat analgetiknya berdasarkan kemampuan untuk menduduki reseptor nyeri yang belum ditempati endorfin. Tp jika analgetik tsb digunakan terus, reseptor2 baru dibentuk, dan produksi endorfin dirintangi, akibatnya terjadi kebiasaan dan ketagihan.

c.Penggunaan

WHO telah menyusun suatu program penggunaan analgetika untuk nyeri hebat (misalnya, pada kanker), yang menggolongkan obat dalam 3 kelas yaitu:

1. non-opioida: NSAID’s, termasuk asetosal dan kodein

2. opioida lemah: d-propoksifen, tramadol, dan kodein atau kombinasi parasetamol dengan kodein.

3. oipioida kuat: morfin dan derivat-derivatnya serta zat-zat sintetis opioid.

-Menurut program ini, pertama-tama obat diberikan 4 x sehari 1 g paracetamol, bila efeknya kurang, beralih ke 4-6 x sehari kodein 30-60 mg (bersama parasetamol). Baru bila diberikan langkah ke-dua ini tidak menghasilkan analgesi yang memuaskan, dapat diberikan opioid kuat. Pilihan pertama dalam hal ini adalah morfin (oral, SubCutan, IntraVena). Tujuan utama dari program ini adalah untuk menghindarkan risiko kebisaan dan adiksi untuk opioida, bila diberikan sembarangan.

d.Efek Samping Umum

Morfin dan opioida lainnya menimbulkan sejumlah besar ES yang tidak diinginkan, yaitu:

- supresi SSP, misalnya sedasi, menekan pernafasan dan batuk, miosis, hipothermia, dan perubahan suasana jiwa (mood). Akibat stimulasi langsung dari CTZ (Chemo Trigger Zone), timbul mual dan muntah. Pada dosis lebih tinggi mengakibatkan menurunnya aktivitas mental

- saluran-cerna, motilitas berkurang (obstipasi), kostraksi sfingter kandung empedu (kolik batu-empedu).

- saluran-urogenital, retensi urin, motilitas uterus berkurang (waktu persalinan diperpanjang).

- saluran napas: bronkokonstriksi

- sistem sirkulasi: vasodilatasi, hipertensi, bradikardi

- kebiasaan: risiko adiksi

e.Kebiasaaan dan Ketergantungan

- ketergantungan fisik, Penggunaan untuk jangka panjang pada sebagian pemakai menimbulkan kebiasaan dan ketergantungan. Penyebabnya mungkin karena berkurangnya resorpsi opioid atau perombakan / eliminasinya yang dipercepat, atau karena penurunan kepekaan jaringan. Obat menjadi kurang efektif, sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk mencapai efek semula. Peristiwa ini disebut toleransi.

-ketergantungan psikis, yaitu kebutuhan mental akan efek psikotrop (euforia, rasa nyaman dan segar) yang dapat menajdi sangat kuat, hingga pasien seolah-olah terpaksa melanjutkan penggunaan obat.

-Gejala abstinensi selalu timbul bila penggunaan obat dihentikan (dengan mendadak) dan semula dapat berupa menguap, berkeringat hebat dan air mata mengalir, tidur gelisah, dan merasa kedinginan. Lalu timbul muntah-munath, diare, tachycardia, mydriasis, tremor, kejang otot, tekanan darah naik, yang dapat disertai dengan reaksi psikis yang hebat (gelisah, mudah marah, kekhawatiran mati).

-Efek-efek ini menjadi penyebab mengapa penderita penderita yang sudah ketagihan sukar sekali menhentikan menggunakan opiad. Guna menghindari efek-efek tak enak ini, mereka ”terpaksa” melanjutkan penggunaannya.

Ada indikasi kuat bahwa terjadinya toleransi dan ketergantungan berkaitan erat dengan aktivasi dari sistem dopaminergik di otak. Semua zat yang bersifat adiksi berkhasiat meningkatkan jumlah dopamin secara akut,yang dihubungkan dengan efek eufori,labilitas emosional,kekacauan dan histeri,misalnya pada penyalahgunaan morfin.mencetuskan pelepasan dopamin,sedangkan kokain menhambat reuptakenya.lebih dari sepuluh neurotransmitter lain antaranya noradrenalin dan serotonin memegang peranan pula pada adiksi tetapi pengaruhnya jauh lebih ringan.kadar dopamin yang terlalu tinggi dapat menyebabkan halusinasi dan psikosis akut.dimana halusinasi adalah suatu pengalaman panca indera ( sensory perception ) tanpa adanya rangsangan sensorik (sensory stimulation ).dan pada kasus penyalahgunaan analgetik opioid ( yg paling sering yaitu morfin) tubuh terbiasa menerima suatu peptida eksogen (morfin) tanpa ada suatu indikasi klinis sehingga tubuh merespon dengan tidak menghasilkan suatu peptida endogen (misalnya endorfin) sehingga apabila penggunaan morfin dihentikan akan peptida endogen akan tidak terbentuk,karena terbiasa disuplay dari luar tubuh,sehingga dapat terjadi ketergantungan.

Pengobatan ketagihan analgesik opioid terutama ditujukan pada dua aspek yaitu penghentian penggunaan (withdrawal) dan rehabilitasi sosial pasien.pada pengobatan harus diperhatikan beberapa faktor yaitu:

- Taraf ketergantungan fisik penderita

- Penderita harus diberikan drug lain (agonisnya,misalnya metadon) untuk menekan gejala abstinensi serius sambil lambat laun mengurangi dosisnya (terapi substitusi)

Secara farmakotepeutis,suatu jenis pengobatan yang lebih spesifik untuk menghilangkan ketagihan terhadap analgesik opiat didasarkan pada teori bahwa bila reseptornya dihambat oleh zat-zat antagonis opioid,maka penggunaan opiat tidak akan menyebabkan suatu ketergantungan fisik.dalam hal ini,antagonist opiat spesifik nalokson telah dicoba secara klinis tetapi hasilnya jauh lebih kurang memuaskan dibandingkan terapi metadon.naltrekson adalah suatu antagonis morfin murni (tanpa kerja agonist ) yang dapat menghindari efek opioida,seperti euforia obat ini digunakan sebagai obat pembantu selama proses menanggulangi adiksi guna mendukung,,to stay clean”.hanya boleh digunakan pada pecandu yang sudah tidak menggunakan drugs selama 7-10 hari.bila opiat digunakan lagi dalam waktu 15 menit akan muncul gejala abstinensi akut yang serius dan dapat bertahan 48 jam.daya kerja naltrekson berlangsung selama 24-72 jam.dosisnya 50 mg tiap hari atau 3 kali seminggu.Penanganan ketagihan adakala dilakukan dengan metode ”cold turkey” dimana pemberian zat narkotik kepada penderita dihentikan dengan sekaligus,walaupun timbul gejala-gejala penarikan yang hebat seperti kejang-kejang perut,diare,muntah,sakit otot,hidung meler,mata berair,berkeringat dingin dan merinding.

Oleh sebab itu, penggunaan obat ini harus berada dalam pengawasan dokter serta apoteker. Jika tidak, Anda akan ketagihan dan akan disebut sebagai ”orang yang menyalahgunakan Narkoba”.

Kesimpulan

· Analgesik opioid digunakan pada penanganan nyeri yang disebabkan karena faktor-faktor selain adanya mediator inflamasi dan pada nyeri yang sangat hebat yang tidak bisa ditanggulangin dengan analgesik non-opioid

· Pemicu penyalahgunaan obat yang mengakibatkan ketergantungan terdiri dari 3 faktor bersamaan,yakni tersedi-nya obat-obat tersebut,sifat kepribadian yang mudah terpengaruh dan tekanan-tekanan sosial.

· Agonist opioid ( metadon ) merupakan terapi yang paling baik dalam penanganan ketergantungan analgesik opioid.

· Perlu adanya kesadaran dari semua pihak untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan obat-obatan opioid (narkotik) yang dapat menyebabkan ketergantungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar